WELCOME TO GO BLOG

The content presented here requires JavaScript to be enabled and the latest version of the Macromedia Flash Player. If you are you using a browser with JavaScript disabled please enable it now. Otherwise, please update your version of the free Flash Player by downloading here.

Sabtu, 13 Desember 2014

Kamis, 14 Juli 2011

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KAMIS, 9 JUNI 2011
http://yourresponsebrief.blogspot.com 

Tahun Sidang : 2010-2011
Masa Persidangan : IV
Rapat Ke : --
Sifat : Terbuka
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Dengan : Badan Pertanahan Nasional
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2011
Pukul : 09.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara/KK.III)
Ketua Rapat : H. Chairuman Harahap, SH.,MH/Ketua Komisi II DPR RI
Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set Komisi II DPR RI
Acara : Pembahasan RKA K/L dan RKP K/L Badan Pertanahan Nasional
Tahun Anggaran 2012 dan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI
Semester II Tahun 2010
Kehadiran : 34 dari 50 Anggota Komisi II DPR RI
16 orang izin
HADIR :
H. Chairuman Harahap, SH.,MH
Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si
Drs. H. Abdul Gafar Patappe
H. Abdul Wahab Dalimunte, SH
Drs. Ramadhan Pohan, MIS
Dra. Gray Koes Moertiyah, M.Pd
Paula Sinjal, SH
Khatibul Umam Wiranu, SH.,M.Hum
Sutjipto, SH.,M.Kn
Ir. Nanang Samodra KA, M.Sc
Rusminiati, SH
Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
Nurul Arifin S.IP.,M.Si
Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc IP.,M.Si
Hj. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus
Drs. Taufiq Hidayat, M.Si
Drs. H. Murad U. Nasir, M.Si
Agustina Basik-Basik, S.Sos.,MM.,M.Pd
H. Rahadi Zakaria, S.IP.,MH
Arif Wibowo
Budiman Sudjatmiko, M.Sc.,M.Phill
Zainun Ahmadi
Alexander Litaay
Hermanto, SE.,MM
Drs. Almuzzamil Yusuf
Aus Hidayat Nur
TB. Soenmandjaja.SD
Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si
H. Chairul Naim, M.Anik, SH.,MH
Drs. H. Nu man Abdul Hakim
Dr. AW. Thalib, M.Si
Dra. Hj. Ida Fauziyah
Hj. Masitah S.Ag.,M.Pd.I
Abdul Malik Haramain, M.Si
Mestariany Habie, SH
Drs. Akbar Faizal, M.Si
IZIN :
Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA
Ganjar Pranowo
Drs. H. Djufri
Ignatius Mulyono
Gede Pasek Suardika, SH.,MH
Dr. M. Idrus Marham
Dra. Eddy Mihati, M,Si
Dr. Yasona H. Laoly, SH.,MH
Drs. Soewarno
Agus Purnomo, S.IP
Drs. H. Fauzan Syai e
Drs. H. Akhmad Muqowam
Drs. H. Harun Al-Rasyid, M.Si
Miryam S. Haryani, SE.,M.Si
TERBATAS
(Untuk Kalangan Sendiri)
I. PENDAHULUAN
Rapat Kerja dan Dengar Pendapat Komisi II DPR RI dengan Badan Pertanahan
Nasional dibuka pukul 10.00 WIB oleh Ketua Komisi II DPR RI, Yth. H.
Chairuman Harahap, SH.,MH/F-PG
II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN
1. Alokasi Pagu Indikatif BPN RI Tahun Anggaran 2012 sebesar
Rp3.527.087.100.000,- untuk alokasi program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI sebesar
Rp1.275.792.500.000,-, Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Aparatur BPN RI sebesar Rp340.118.800.000,-, Program Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN RI sebesar Rp8.252.000.000,- dan
Program Pengelolaan Pertanahan Nasional sebesar Rp1.902.923.800.000,-
2. Pagu Indikatif BPN RI berasal dari sumber dana Rupiah Murni sebesar
Rp2.386.693.000.000,- (67,67%) dan sumber PNBP yang berasal dari setoran
masyarakat (pengguna layanan) yang mengajukan pelayanan pertanahan
kepada BPN RI sebesar Rp.1.140.394.100.- (32,33%). Alokasi untuk satuan
kerja pusat sebesar Rp474.997.932.000,- (13,47%), dan satuan kerja daerah
Rp.3.052.089.189.000,- (86,53%).
3. Program prioritas Nasional BPN RI Tahun 2012, meliputi percepatan legalisasi
aset tanah masyarakat dan pemerintah, optimalisasi keberlanjutan dan
keberlangsungan pelaksanaan reforma agraria, penertiban tanah-tanah yang
teridikasi terlantar, percepatan penanganan kasus-kasus pertanahan dan
optimalisasi pelaksanaan Kantor Pertanahan Bergerak (LARASITA).
4. Terhadap hasil Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI semester II Tahun 2010,
disampaikan secara umum hasil temuan terkait dengan kekurang patuhan
pada peraturan perundang-undangan dan keterlambatan hasil pekerjaan.
Terhadap hasil laporan tersebut telah ditindaklajuti sesuai ketentuan yang
berlaku.
III. KESIMPULAN/PENUTUP
Setelah Ketua Rapat menyampaikan pengantar rapat dan memberikan
kesempatan kepada Badan Pertanahan Nasional menyampaikan paparannya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terhadap pagu indikatif BPN RI Tahun Anggaran 2012 sebesar
Rp.3.527.087.100.000,- (tiga trilyun lima ratus dua puluh tujuh milyar delapan
puluh tujuh juta seratus ribu rupiah), Komisi II DPR RI meminta kepada BPN
RI untuk menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahun 2012 beserta
hasil evaluasi tahun sebelumnya secara lebih rinci dengan memperhatikan
masukan masukan dari Komisi II DPR RI yang selanjutnya akan dibahas
secara mendalam pada RDP yang akan datang.
2. Komisi II DPR RI memberikan apresiasi kepada BPN RI atas upayanya dalam
memperbaiki manajemen tata kelola keuangan dan administrasinya sehingga
opini disclaimer yang diberikan oleh BPK RI di tahun-tahun sebelumnya bisa
ditingkatkan menjadi WDP (Wajar Dengan Pengecualian) sesuai hasil
pemeriksaan BPK RI tahun 2010. Komisi II DPR RI juga meminta kepada BPN
RI untuk terus meningkatkan kinerjanya sehingga bisa mendapatkan status
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dimasa yang akan datang.
3. Komisi II DPR RI meminta BPN RI agar dalam anggaran tahun 2012 agar
lebih memperjelas program Reformasi Birokrasi termasuk mengoptimalkan
pengalokasian anggaran untuk pengadaan juru ukur dan alat ukur sehingga
mempercepat proses pencapaian target sertifikasi sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional Pelayanan Pertanahan (SPOPP).
4. Komisi II DPR RI meminta BPN RI agar menetapkan target waktu
pelaksanaan program percepatan legalisasi asset tanah masyarakat dan
pemerintah, sehingga anggaran yang dialokasikan dapat lebih terukur.
5. Komisi II DPR RI meminta kepada BPN RI untuk melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan program LARASITA di seluruh Indonesia, untuk mengoptimalkan
pelaksanaannya.
Rapat ditutup pukul 14.00 WIB.
JAKARTA, 9 JUNI 2011
PIMPINAN KOMISI II DPR RI
KETUA,
ttd
H. CHAIRUMAN HARAHAP, SH.,MH
A-178

Minggu, 10 Juli 2011

Komunitas Anak Bangsa (ABANG)

Jati Diri

Mendengar atau membaca kata anak bangsa, kita terbawa pada asumsi dan persepsi sendiri bahwa mereka adalah anak-anak yang masih dibawah umur yang lucu, imut serta menggemaskan. Anak Bangsa dalam pengertian disini adalah anak-anak di negeri tercinta ini yang kelak pada waktunya akan menjadi punggawa dan penegak , serta sebagai pilar bangsa untuk bisa berbuat yang lebih baik. Hal ini tidaklah jauh berbeda dengan konsepsi apa yang dimaksud dengan generasi muda, hanya saja ada sedikit perbedaan pada tataran usia.. Anak-anak bangsa disini masih terindikasikan pada mereka yang masih membutuhkan pendidikan, bimbingan, motivasi dan pengarahan dari siapa saja yang lebih dewasa sehingga mampu membantu mereka untuk mencapai tahapan mature / kedewasaan.
Pada cluster ini banyak diantara mereka yang datang dari berbagai macam latarbelakang kehidupan keluarga dan strata social. Tulisan ini akan sedikit memberikan gambaran riil tentang siapa mereka, apa latarbelakangnya, apa harapannya serta masih banyak lagi tentang …tentang …. tentang ... mereka.Yang jelas, anak-anak muda ini sangat membutuhkan perhatian, arahan, bimbingan dan reinforcement dari golongan dewasa. Kita tidak berbicara banyak tentang anak-anak yang datang dari kalangan keluarga mapan dan nyaman, yang perlu kita perhatikan dan pahami adalah mereka yang datang dengan latarbelakang permasalahan yang beragam, bisa masalah broken home, broken heart, orang tua tidak mampu, putus sekolah susah mencari kerjaan, atau bahkan ada sebagaian dari mereka yang dengan membawa persoalan yang rumit dan pelik yang belum waktunya mereka menyelesaikan sendiri. Namun disisi lain ada dari mereka yang memang benar-benar ingin dewasa, maju, serta mandiri dengan segala cara dan daya upaya mereka untuk mewujudkannya.
Gambaran Komunitas Anak Bangsa Tuban tidaklah jauh berbeda dengan permasalahan dan persoalan anak-anak lain di negeri ini. Berawal dari permasalahan keluarga, social, ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. Inilah yang mengidentifikasikan siapakah mereka. Lain ladang lain belalang-lain lubuk lain ikannya, segala permasalahn pasti memiliki latarbelakang yang berbeda-beda, dapatlah kiranya dikatakan demikian siapakah sebenarnya anak-anak ini, bagaimana mereka harus mensikapi  hakekat kehidupan, gaya hidup serta pandangan hidup. Pada pandangan mereka yang berbeda-beda ini, mereka sangat membutuhkan kepedulian, sentuhan, dorongan, bimbingan, serta bantuan dari kalangan yang lebih dewasa, lebih mapan dan yang penting peduli terhadap permasalahan anak-anak negeri ini.
Apa yang menjadi harapan dari mereka? Hal ini sangat umum dan sering dipertanyakan dari segala golongan, masyarakat, akademisi, dan bahkan sebagian dari penyelenggara negara yang seharusnya mereka menjadi ujung tombak dari penyelenggaraan pemerintahan. Anak-anak yang tergabung dalam Komunitas Anak Bangsa Tuban terbagi dalam beberapa cluster, yang pertama, mereka yang berusia wajib belajar dengan usia rata-rata 15 sampai dengan 19 tahun. Yang kedua, mereka yang sudah berada pada level usia masa-masa kuliah yang mana banyak diantara mereka yang masih menempuh pendidikannya diperguruan tinggi dengan berbagai macam disiplin ilmu. Selanjutnya, cluster dimana mereka yang sudah tamat sekolah ataupun kuliah atau bahkan yang drop out yang notabene pusing tujuh keliling mencari pekerjaan ataupun yang merintis suatu usaha, sangat perlu sekali mendapatkan perhatian dorongan bimbingan serta bantuan dari yang lebih mapan.
Mengapa selama sekian puluh tahun merdeka permasalahan ini tidak kunjung lebih baik? Pendidikan, pekerjaan, kenakalan remaja, dan lain sebagainya masih menjadi ikon persoaalan rumit di negeri ini. Ini bagaikan lelucon yang tak pantas ditertawakan, hidup di negeri yang kaya namun rakyat masih melarat, hidup dinegeri yang kaya rakyat masih bodoh, hidup dinegeri yang kaya tapi pendidikan masih mahal, baaaah, kita bukan hidup di negeri 1001 malam, ini realita, nyata...nyata...dan nyata-nyata banyak yang tidak bisa berbuat apa-apa.
         Kita harus bisa mengembalikan keadaan ini seperti halnya harapan dari preambule UUD 1945, ...melindungi segenap bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa .... Ada masalah-masalah besar yang belum terselesaikan oleh segenap bangsa ini sendiri, korupsi, gaya hidup masyarakat yang konsumtif, penegakkan hukum,  mentalitas aparatur negara, dan masih segudang masalah yang silih berganti serta menumpuk. Kita ambil satu poin korupsi, tahukah anda apa saja efek-efek dari korupsi? Korupsi bisa membuat jutaan orang mati, jutaan anak bodoh, jutaan rakyat melarat, bahkan bencana alam dan bencana kemanusiaan bisa terjadi. Kita berdoa semoga Tuhan tidak lagi menambah quota dinerakaNya untuk orang-orang dari negeri ini.
         Dengan demikian tegakah kita kepada anak cucu dan anak-anak bangsa ini? Hidup susah, sekolah susah, cari pekerjaan lebih susah lagi. Apa hanya cukup kita wariskan angan-angan dan harapan? Ibarat makan steak dan spagetti tiap hari namun hanya mimpi... Ini akan terlihat hebat kalau hidup di negeri dongeng sebagai pengantar tidur anak-anak.
         Pada tahapan inti, bagaimana cara dan daya upaya untuk mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan dari anak-anak negeri ini? Peran dan peranan kita, orang tua, masyarakat dan pemerintah sebagai penyelenggara negara sangat vital demi terwujudnya cita-cita mereka dalam  mencapai perubahan, kemapanan, kenyamanan dan ketentraman dikemudian hari. (The author is the consultant and adviser for the komunitasabang. He is active in some NGOs. He’s also as an English teacher at a junior high school, and a lecturer of a private university in east java, sarmuji wongliangsiem).http://yourresponsebrief.blogspot.com

De-KULTURISASI ANCAM KARAKTER ANAK BANGSA

                                   (Reflection of the Rising Nationalism) 
Penulis: Sarmuji, M.Pd.
  
            Para pendahulu kita bilang bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan berbagai ragam kekayaannya, sumber daya alam dan manusia yang dapat menjadi potensi negara untuk lebih maju dan makmur. Alangkah naifnya kita sebagai anak-anak bangsa yang tidak dapat mengemban amanat para pendahulu kita untuk menjaga membina dan mengembangkan potensi ragam kekayaan dan asset-asset bangsa ini sebagai modal memajukan dan memakmurkan rakyat sebagaimana yag diamanatkan oleh UUD 1945. Bisakah negeri ini maju dan makmur? Banyak orang paham dengan apa yang disampaikan ini namun kenyataanya banyak kondisis-kondisi tertentu yang kurang/tidak mendukung sehingga pemahaman ide-ide mereka hanya menjadi konsepsi dan retorika berfikir belaka. Kita sebenarnya mampu untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut manakala ada parameter-parameter yang jelas terhadap apa yang akan dilakukan oleh setiap warga negara terhadap negaranya. Kejujuran, keberanian, nasionalisme dan kebersamaan ternyata sangat penting dibutuhkan. Sikap mental ini akan menjadi modal yang besar untuk menyikapi realita perjalanan sejarah bangsa ini yang masih selalu ketinggalan dengan Negara-negara tetangga. Kemiskinan akan mental tadi yang telah menjerumuskan bangsa ini pada posisi berbanding berbalik atas konsepsi Negara Gemah Ripah Lohjinawi Tata Tentrem Kertaraharja.
            Tentunya kita masih ingat dan selalu diingatkan oleh media-media informasi bahwa korupsi-kolusi-nepotisme, kriminalitas, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya disekitar kita masih marak terjadi dengan progresivitas cara dan teknik yang beraneka ragam. Sudah barang tentu korupsi membuat negara dan rakyat melarat, kriminal membuat masyarakat tidak aman, kemiskinan bisa membuat orang gelap mata dan mencetak generasi muda kurang gizi. Masih banyak lagi krisis-krisis sosial dan moral yang bersumber pada de-humanization (=tidak memanusiakan manusia) baik yang dilakukan masyarakat, aparat pemerintahan, dan stake holder lainya. How to stop and solve them? Kita mau mencari model pendidikan yang bagaimana untuk mengembalikan dan mengembangkan karakter bangsa ini untuk lebih cerdas, arif dan bijaksana.
            Ada berbagai macam pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi-organisasi kemasyarakatan (Non Government Organization) untuk melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap generasi muda kita. Hal ini mengingat bahwa salah satu diantara kekayaan negeri ini adalah Sumber Daya Manusia (Man Power). Kita sebenarya sangat diuntungkan dengan kwantitas usia produksi angkatan kerja pasca 2015 yang mana jumlah nereka jauh lebih besar dibanding dengan penduduk yang tidak produktif.  Belumlah cukup kita bicara angkatan kerja saja, Sumber Daya Alam kita masih memberikan jaminan kepada rakyat ini untuk hidup makmur, bisa kita bayangkan manakala terjadi krisis energi dunia? Alam kita masih menyimpan kekayaan yang belum bisa dikelola dengan baik (renewably and undeniably). Banyak kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh Negara lain tetapi kita mempunyai stok yang lebih. Sekarang tergantung kita bagaimana seharusnya mengelola kedua sumber utama tadi. Dengan metode apa mengendalikan, teknik dan strategi yang bagaimana yang bisa dipakai?
            Dengan bertaburanya krisis sosial dan ekonomi sepanjang Sabang sampai Merauke kita perlu sekali untuk memikirkan bagaimana kedua sumber daya tadi bisa merubah wajah-wajah di negeri ini  selama 64 tahun muram durja menjadi ceria dan bersemaangat dengan kondisi kehidupan yang lebih layak dan mapan. Apa yang menjadi kendala selama ini? Tentu kita tidak akan membahas masalah metode dan teknik kerja dahulu. Ada yang jauh lebih penting dari itu, bagaimana menata kembali sikap mental dan perilaku bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar. Kendala yang kita hadapi selama ini adalah krisis mental yang berkepanjangan sehingga menghasilkan perilaku-perilaku minor pada aparat pemerintah, wakil rakyat, penegak hukum, pelaku bisnis, serta masyarakat secara luas. Perilaku-perilaku merekalah yang selama ini menjadi peran antagonis dalam pranata kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi ini tidak akan pernah menghasilkan output yang baik, good and clean governance, masyarakat yang makmur, generasi yang cerdas dan berbudaya, pemerataan kesejahteraan  akan jauh dari angan-angan kita.
            Apa yang terjadi dengan keadaan selama ini? Kita kurang mawas diri, ternyata kita adalah bangsa yang mudah lupa akan jati dirinya. Pepatah jawa mengatakan wong jawa ilang jawane artinya bangsa kita mudah kehilangan karakter dan kulturnya. Karakter dan perilaku yang antagonis dan menyimpang tadi ternyata tidak ada dalam kamus budaya kita sebagai bangsa timur yang teguh mempertahankan jati dirinya. Barangkali ide ini akan menjadi suatu model pendekatan baru dalam melakukan proses pendidikan secara umum terhadap generasi kita dengan kembali ke kultur asli (back to culture).
Bagaimana selama ini bisa terjadi de-kulturisasi? Ada beberapa indikator yang memicu hal ini terjadi. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan kita banyak sekali kebijakan yang terintervensi oleh kepentingan politik dan pihak-pihak tertentu; kurikulum yang berubah-ubah, lembaga pendidikan sebagai ladang bisnis; serta pemalakan proyek-proyek pendidikan, sebagai akibat target pendewasaan terhadap peserta didik tidak bisa optimal karena aspek knowledge, psychomotor, dan affective yang menjadi main set dari tujuan pedidikan tidak bisa tergarap dengan baik. Bidang ekonomi juga demikian, kapitalisme sudah menjadi momok besar. Setiap sendi kehidupan sudah diukur dengan uang, masyarakat sudah banyak diajari dengan gaya hidup utang, asas-asas ekonomi kerakyatan sudah luntur, akhirnya harga diri dan jati diri manusia digadaikan untuk menebus kapitalisme.
Belumlah cukup sebelum kita menyinggung peranan media masa, kususnya televisi. Media TV sudah menjadi hiburan yang sangat murah dan meriah pada masyarakat kita. Hal ini akan sangat mudah sekali untuk memprovokasi dan memprogpaganda mereka sehingga apa yang ditayangkan akan membentuk image dan kesimpulan-kesimpulan yang kurang baik. Sebagai contoh, tayangan kriminal bisa ditiru oleh siapapun, tema-tema sinetron banyak menampilkan masalah-masalah penyakit sosial dan hati; seperti kekerasan dalam rumah tangga, iri dengki,pertengkaran dan lain sebagainya dengan karakter/peran yang nyaris sempurna akan berpengaruh terhadap sikap dan gaya hidup masyarakat. Kita bisa banyak melihat tayangan yang menonjolkan peran/karakter antagonisnya dibanding dengan protagonist. Hikmah apa yang bisa diambil? Justru dominasi penjiplakan karakter yang terjadi (character imitations). Belum lagi pengaruh TV terhadap anak, bagaimana mereka bisa dan mau belajar jika setiap hari dicekoki tayangan-tayangan yang bisa membuat mereka kecanduan menonton (programme abuse)? Pelajaran sekolah akan menjadi onggokan tanggungjawab yang terbengkalai, so pasti. Kita rasa masih banyak lagi yang bisa kita kaji.
Dengan bermodal kembali ke kultur (back to culture), pendidikan bangsa ini akan mampu untuk menyelasaikan permasalahan-permasalahan selama ini terjadi. Kita berharap akan melihat pranata kehidupan dalam berbangsa dan bernegara yang lebih baik, tidak ada lagi gedung sekolah ambruk, siswa terusir dari kelasnya, anak-anak kelaparan dan kedinginan dibawah kolong jembatan, kekerasan aparat negara kepada rakyat, dan yang terpenting adalah manusia sudah memanusiakan manusia lainnya.

http://yourresponsebrief.blogspot.com